Senin, 28 November 2016

perbedaan psikiater, psikolog, dan konselor

Sekalipun ketiga profesi ini sedang sangat berkembang di masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, belum banyak orang yang tahu bagaimana ketiganya berbeda. Sebagian besar masyarakat bahkan menganggap sama antara psikolog, psikiater, dan konselor. Padahal, ketiganya memiliki cara kerja, perspektif, dan pendekatan yang berbeda dalam kerja profesionalnya.
Ketiganya sering dianggap sama karena berhubungan dengan penanganan masalah kejiwaan manusia. Benar, baik psikolog, psikiater, maupun konselor, ketiganya berfokus untuk membantu seseorang dalam mengatasi permasalahan yang dialami dalam hidupnya. Akan tetapi, cara kerja serta pendekatannya dalam mengatasi permasalahan manusia berbeda-beda. Sebelum menjawab kepada siapa seharusnya kita datang ketika mengalami masalah tertentu, mari kita pahami lebih lanjut pendekatan dan cara kerja masing-masing profesi tersebut.



Psikiater
Psikiatri adalah spesialisasi dari ilmu kedokteran. Untuk menjadi psikiater, Anda harus melewati pendidikan kedokteran kemudian mengambil spesialisasi psikiatri.
"Pemeriksaan yang diberikan dalam proses diagnosis oleh psikiater melibatkan pemeriksaan status mental dan pemeriksaan fisik. Ada kalanya membutuhkan bantuan alat pencitraan otak seperti tomografi terkomputerisasi, magnetic resonance imaging (MRI), dan positron emission tomography (PET) scanning, dan uji darah," kata Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Psikiatri, Dr. dr. Nurmiati Amir, SpKJ, dalam konferensi pers Hari Kesehatan Jiwa, Senin (10/10/2016), di Jakarta.
Selama pengobatan, psikiater dapat menggunakan psikoterapi dan obat-obatan. Gejala medis biasanya bisa dilihat dan dibuktikan secara pemeriksaan, sehingga waktu penanganan relatif singkat, sekitar 15-30 menit. Psikiater bergelar dr. dan Sp.KJ (Spesialis Kesehatan Jiwa).

Psikolog
Ini adalah profesi dari ilmu psikologi. Untuk mendalami ilmu ini, pendidikan didulang di fakultas psikologi untuk mengambil S1 atau sarjana psikologi kemudian meneruskan program profesi atau S2, kemudian belajar praktik menjadi psikolog.
Pekerjaan psikolog yang paling dekat dengan psikiater adalah psikolog klinis, yang juga menangani kasus-kasus kejiwaan, baik anak maupun dewasa, menelaah gejala-gejala psikologis dan melakukan psikoterapi sebagai bentuk penanganannya. Karena gejala psikologis tak kelihatan, pemeriksaan dan penanganannya bisa menghabiskan waktu 1-2 jam, kadang lebih. Untuk kasus berat, pasien perlu bolak-balik untuk pemeriksaan.
"Nah, ada spesialisasi psikolog yang tidak menangani kasus-kasus klinis, misalnya psikolog pendidikan yang menangani sistem pendidikan dan individunya. Ada psikolog industri dan organisasi yang kerjanya di kantor-kantor. Baik psikiater maupun psikolog juga menjalankan konseling sebagai bagian dari pekerjaan," jelas psikolog dan pakar dari WomanTalk, Anna Surti Nina.
Psikolog juga berkompeten melakukan dan menginterpretasikan berbagai macam tes psikologi, seperti tes IQ, tes minat bakat, tes kepribadian, dan sebagainya. Psikolog bergelar M.Psi atau Psi.

Konselor
"Biasanya dari jurusan bimbingan dan konseling, umumnya dari kursus-kursus, seperti konselor laktasi atau konselor rumah-rumah ibadah. Konselor bisa membantu klien dengan proses konseling, terutama klien-klien dengan masalah berat. Namun untuk masalah yang lebih mendalam, konselor perlu merujuk pasien kepada psikolog atau psikiater, tergantung masalahnya," kata Anna.
Konselor bergelar M.K/M.A in counselling/Kons. Gelar konselor bisa diperoleh dari program pendidikan yang melanjutkan spesialisasi dalam bidang konselor atau dari program teologi.
Untuk kasus-kasus berat seringkali butuh penanganan psikologis plus psikiater, jadi tak tertutup kemungkinan adanya kerja sama antara psikiater, psikolog, dan konselor.
semoga bermanfaat 😊

sumber :

https://experiencing-life.com/2014/01/16/psikolog-psikiater-konselor-apa-bedanya/


https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/apa-beda-psikolog-psikiater-dan-konselor
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar